Jumat, 25 Maret 2011

Memaknai Semangat Kartini Bagi Kalangan Pelajar

      Habis gelap terbitlah terang.Mungkin jika terang cahayanya akan memudar, masih adakah di era yang katanya Globalisasi ini, mengaplikasikan sosok sang pahlawan Kartini dalam kehidupan sehari –harinya? Pertanyaan yang muncul di benak kita sekarang ini adalah. Apakah pelajar sekarang masih mengidolakan kartini? Jawabannya hanya ada di masing-masing tiap-tiap individu. Mungkin jawabannya setiap individu berbeda. Dimana sebagian dari mereka ada yang melupakan, mengingat bahkan mungkin juga tak mengenal sosoknya. Padahal Kartini adalah sosok wanita yang patut menjadi tauladan, dimana setiap tingkah lakunya adalah cerminan diri pelajar  Indonesia yang fleksibel dan dinamis, dimana ia memperjuangkan emansipasi wanita  dan juga pelajar. Tetapi tanpa melupakan kodratnya sebagai wanita, menjadikan wanita Indonesia lebih di hargai oleh kaum lelaki. Namun sekarang pada kenyataannya untuk apakah perayaan hari kartini,
simbolisasikah atau hanya mengenangkankah? Bila setiap tanggal 21 April dirayakan tanpa di ketahui makna yang sebenarnya, perayaan kartini  lantas masih di anggapkah sosok kartini dalam pribadi setiap generasi muda khususnya pelajar. Kini aplikasi kehidupan sosok Kartini sangat penting dilakukan, mengingat sudah mulai memudarnya kepribadian atau ciri khas wanita Indonesia. Perayaan kartini bukan hanya upacara memakai kebaya, sanggul dan batik  namun lebih dari itu kita bisa maengaplikasikan sosoknya dalam kehidupan sehari–hari. Jika ini dilakukan akan membentuk karakter pelajar Indonesia yang khas dan berbeda dari pelajar di negeri lain. Beberapa aplikasi semangat serta perjuangan yang telah dilakukan Kartini semasa hidupnya yang bisa kita contoh, diantaranya :

1.      Berjiwa Religius
Kartini dengan kekritisannya bisa mendongkrak kemajuan beragama yang kala itu diwarnai dengan semangat puritanisme jawa dan kemampuan penjajah menciptakan dan menggunakan ‘ketakutan-ketakutan’ beberapa kyai untuk mengungkap fakta beragama agar terlihat sakral dan tabu untuk dipelajari lebih dalam lagi.
Dengan hal tersebut, pelajar saat ini sebaiknya memiliki keinginan kuat untuk  kembali pada semangat religius yang mantap, belajar dan terus menggali lagi ilmu agama yang mereka yakini, sehingga diharapkan pelajar sekarang bisa menjadi pelajar yang berpikiran luas, namun tetap memiliki jiwa religius.
2.       Semangat Pembelajar
Kartini memberikan semangat pembelajar yang luar biasa hebatnya bagi kita. Semangat untuk mencari ilmu, mencermati dan bertanya kepada semua orang tentang apa yang belum beliau ketahui patutlah kita contoh. Peringatan-peringatan hari Kartini harusnya berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang bermutu dan mendorong semangat para pelajar untuk tidak putus asa dalam mencari ilmu.
3.       Kepekaan Sosial Terhadap Sesama
Kartini bisa memberikan inspirasi bagi semua rakyat Indonesia khususnya para pelajar  Indonesia untuk memiliki kepekaan sosial terhadap persoalan-persoalan yang ada disekitarnya.  Pemikiran Kartini untuk menyuntikkan semangat melawan penjajah dari sudut pandang pendidikan dan perubahan sosial memiliki efek jangka panjang.
Saatnya kaum pelajar berjalan disekitar masyarakatnya untuk  mengamati dan berbuat lebih banyak bagi  lingkungan dan sesamanya serta membangkitkan nuansa semangat Kartini yang dulu pernah dirasakan.
4.       Memiliki Moral Yang Baik
Masalah sosial bangsa Indonesia saat ini adalah kemerosotan moral yang tak dapat dielakkan lagi. Kartini pastinya tidak pernah mengharapkan pelajar yang tidak bermoral, meninggalkan nilai-nilai moral dan tatanan ketimuran. Banyak bagian yang harus diperbaiki oleh pelajar di zaman sekarang. Pelajarlah yang semestinya dapat mengusung perbaikan moral itu. Kaum pelajar diharapkan memiliki moralitas tinggi, dedikasi terhadap perbaikan moral, dan kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat untuk membenahi diri dan masyarakatnya melalui sikap nyata mereka di segala bidang.

Emansipasi tanpa semangat moralitas hanya menjadikan kaum pelajar kehilangan sebagian indentitasnya.  Marilah kita belajar dari sikap-sikap Kartini yang memiliki kepekaan, kelembutan, pengabdian yang tulus, dan ketinggian budi. Hal tersebut bukanlah sebuah kelemahan yang harus diubah agar menjadi perkasa sebagai wujud ketangguhan. Justru semua itu haruslah dimiliki pelajar sebagai bekal untuk dapat menghadapi kehidupan sekarang.

0 komentar:

Posting Komentar